8:36 PM Antara Exsara dengan SM3T | |
Mereka yang belum tahu, memang bisa saja mengartikan SM3T sebagai Sarjana Menganggur (Termalas, Terpaksa dan Terpasrah). Padahal yang sebenarnya SM3T ini memiliki arti Sarjana Mendidik (di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Namun kedua makna ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama terdengar ketika menjelang lulus kuliah. Bagi mahasiswa baru istilah SM3T, masih begitu asing di telinga maupun di dalam imajinasi mereka. Namun bagi mahasiswa yang telah dinyatakan lulus sebelum Oktober ini telah jauh-jauh mempertimbangkan partisipasinya untuk SM3T. Sudah menggaung bagaikan panggilan untuk berperang suci dengan segala resikonya. Cukup mendebarkan antara ikut atau tidak seperti hizbullah yang berangkat dari Damaskus atau Crusades berangkat dari Eropa demi satu tujuan yang sama yaitu menyelamatkan Jerusalem. Berfikir secara mutlak mengerahkan otak kiri dan kanannya untuk mengambil keputusan ini. Otak kiri mereka berkemelut perdebatan Finansial vs Waktu. Secara sistematis yang dipikirkan adalah keutungan material apa saja yang diperoleh jika ikut SM3T dibanding jika tidak ikut dan memilih memanfaatkan waktu untuk kerja di swasta atau wirausaha. Jika thesisnya menyimpulkan kalau ikut SM3T secara finansial sangat menguntungkan, tiba-tiba datanglah anti thesisnya yang berbicara kalau SM3T sangat beresiko karena ia harus siap untuk tinggal di daerah terpencil, tidak ada listrik, tidak ada sinyal, transportasi tidak mudah, air bersih lebih susah dicari, hidup bersama dengan orang-orang suku adat, dan prasangka buruk yang lain. Tapi otak kanan mereka yang imajinatif telah banyak membantu dalam pengambilan keputusan ini. Mereka membayangkan, seandainya ikut SM3T akan banyak pengalaman di luar sana yang akan diperoleh. Akan memandang lebih dekat bagaimana orang-orang yang hidupnya jauh dari pusat Negara, tidak ikut merasakan pemerataan kemajuan pembangunan, dan tentu hidupnya tidak seberuntung kita yang hidup di Jawa. Padahal mereka masih dalam satu zamrud katulistiwa dan satu "Nation” dengan kita. Memandang kembali pengalaman belajar sejarah yang terlalu banyak mengkritik dan menyayangkan tentang negeri ini. Hati kian terketuk, atas nama "real nationalism”, kapan lagi kita menyalurkan idealisme kita untuk memajukan bangsa ini selain lewat SM3T??!!! Meskipun SM3T ini bersifat volunteer (sukarela) namun lulusan Pendidikan Sejarah Unnes kali ini mengirimkan empat belas mahasiswa untuk mengikutinya. Empat diantaranya adalah dari anggota Exsara (Ekspedisi Sejarah Indonesia) yaitu Nanang Pratmaji, W. Dwi Aji, Harry Laksono dan Anggoro A.S.B. Ada beberapa manfaat nyata berkat pengalamannya bersama Exsara terutama dalam hal persiapan mental mengikuti SM3T. Keempat rekan kita ini memberikan pernyataan yang berbeda-beda ketika ditanya apakah ada keuntungannya ikut Exsara denga kesiapan/motivasi ikut SM3T? bagaimana detailnya? (wawancara, 7/10/12), bagi Nanang: "Ada, yang pertama di dalam sesi ketahanmalangan yang dilatih langsung oleh TNI diajarkan bagaimana cara mempertahankan hidup di daerah pelosok atau tengah hutan, makan apa danya. Jadi kalo ikut Exsara sudah tidak kaget dengan hal kayak gitu udah terbiasa hidup sederhana makan apa adanya, tidak cengeng, berjiwa kuat, tergantung pada alam. Misal seperti waktu ekspedisi kita di Nusakmbangan yang tidak ada listrik karena kemungkinan besar tujuan SM3T adalah pulau atau desa yg belum ada listriknya dan diutamakan berpengalaman dalam berorganisasi” Saudara Aji juga hampir satu pemikiran dengan Nanang, "Exsara mengajari saya hidup apa adanya, jadi nanti kalau di tempatkan di daerah yang serba kekurangan Insyaallah saya siap.. karena di Exsara mental saya sudah di didik untuk hidup mampu bertahan hidup”. Harry Laksono, jauh menghayati Exsara dari segi sosialnya dan merasa yakin menjawab "di Exsara selalu ditanamkan rasa ikhlas, tulus, dan peduli sesama,, di SM3T itulah yang jadi dasar awal kita selain niat”. Sementara Anggoro merasa sangat siap mengikuti SM3T berkat seringnya touring jauh bersama Exsara "saya sudah merasa tidak asing lagi untuk pergi jauh dari tempat asal, karena teman-teman dan Exsara telah banyak memberiku pengetahuan tentang letak geografis berkat tour, dan kelebihan ini juga sempat saya manfaatkan untuk bekerja menjadi TL study tour, dan keberanian ini memang berawal dari keikutsertaan di Exsara”. Resiko tetaplah resiko, tapi kita tidak akan pernah tahu pelajaran apa yang akan didapat jika kita tidak pernah mengikutinya. SM3T adalah tempat pelampiasan solusi ketidakmerataan pendidikan dan pelampiasan keprihatinan kita terhadap pendidikan di negeri ini. Kita harus menghargai langkah positif ini, karena yang terpenting adalah proses. Segenap anggota Exsara turut mendukung SELAMAT BERJUANG bagi seluruh partisipan SM3T se-Indonesia, semoga dapat menyumbangkan perubahan nyata bagi negeri ini. . . .
Team BulleeXs ‘12 | |
|
Total comments: 2 | |||
| |||