Wafat : Kairo, 6 Oktober 1981
Camp
David, 1979, menjadi titik balik bagi Mesir yang selama berpuluh tahun
berhadapatn langsung dengan Israel di kancah perang. Anwar Sadat,
Menechem begin dan Jimmy Carter menandatangani perjanjian perdamaian.
Gurun Sinai yang sejak perang besar tahun 1967 diduduki Israel
dikembalikan kepada Mesir. Dunia, terutama Barat, memuji Sadat dan
Akademi Swedia memberinya hadiah Nobel Perdamaian. Tentu Saja bersama
Begin. Namun Liga Arab mengecam keras dan menuduh Sadat egois karena
demi gurun Sinai ia melupakan saudara Arabnya yang lain. Presiden Suriah
Hafez Assad dan Pemimpin Libya Moammar Khadafy, dua pemimpin Arab yang
paling marah terhadap Presiden Mesir itu. Beberapa tahun para pemimpin
Liga Arab mengucilkan Sadat.
Dua tahun sebelumnya, 1977, Sadat pernah membuat terobosan yang belum pernah dilakukan pemimpin Mesir lainya, termasuk Gamal Abdul Nasser yang legendaries itu. Ia pergi ke Jerusalem untuk bertemu dengan para pemimpin Israel. Kaum Muslim garis keras marah. Namun tindakan Sadat baik ketika dating ke Jerusalem maupun Camp David dapat applaus dari banyak pemimpin dunia. Sadat telah melakukan hal yang berani dan monumental. Ia telah melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan sama sekali. Mantan Presiden AS Gerald Ford pad waktu itu, tanpa bimbang sama sekali menyebut Anwar Sadat sebagai "Sosok Manusia di Abad 20”. Ketika itu Ford diminta majalah Time untuk mencalonkannya sebagai tokoh yang paling pantas mendapat gelar "Sosok Abad 20”.
Dua tahun sebelumnya, 1977, Sadat pernah membuat terobosan yang belum pernah dilakukan pemimpin Mesir lainya, termasuk Gamal Abdul Nasser yang legendaries itu. Ia pergi ke Jerusalem untuk bertemu dengan para pemimpin Israel. Kaum Muslim garis keras marah. Namun tindakan Sadat baik ketika dating ke Jerusalem maupun Camp David dapat applaus dari banyak pemimpin dunia. Sadat telah melakukan hal yang berani dan monumental. Ia telah melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan sama sekali. Mantan Presiden AS Gerald Ford pad waktu itu, tanpa bimbang sama sekali menyebut Anwar Sadat sebagai "Sosok Manusia di Abad 20”. Ketika itu Ford diminta majalah Time untuk mencalonkannya sebagai tokoh yang paling pantas mendapat gelar "Sosok Abad 20”.
Anwar
Sadat memang sudah membuat sejarah. Kendatipun untuk itu ia juga telah
mengundang kebencian orang yang tidak menyukainya. Rakyat Mesir tentu
tidak akan melupakan hari Selasa, 6 Oktober 1981, ketika meletus tragedy
nasional terbesar di Negeri lembah Nil itu. Adalah siang yang kelabu
bagi bangsa Mesir ketika hari itu berondongan peluru dari peserta parade
militer menewaskan Sadat. Tragedi yang juga tidak pernah terbayangkan
sama sekali. Tidak ada yang membayangkan Sadat terbunuh saat
memperingati kemenangan Mesir atas Israel dalam perang tahun 1973. Pada
saat menyaksikan "parade kemenangan” di kursi kehormatan itulah ia
ditembak. Menurut Helena Cobban di The Middle East rentetan tembakan
yang mengakhiri kehidupan Presiden Mesiri itu telah membuka era baru.
Kata Cobban, yang menjadi kekuatan utama di Timur Tengah yang
berkonfrontasi dengan Israel dan Barat bukan lagi Nasionalsme sekuler
melainkan Islam. Mungkin saja Cobban benar, bukankah pasca Reza Pahlevi,
Iran juga menjadi "anti Barat”. Bahkan Saddam Hussein di Irak. Konon
sekelompok orang menembak Sadat, dipimpin Letnan Satu Khalid Ahmad
Syawqi al-Istambuli ada hubungannya dengan kelompok militant yang
dikenal dengan nama Al-Jihad.
"Mesir
kehilangan putera terbaiknya, "kata Wakil Presiden Hosni Mubarak, yang
kemudian menggantikannya memimpin negeri Piramid itu. Ia berjanji akan
melanjutkan kebijaksanaan Sadat, tetapi damai dengan Israel. Anwar Sadat
sesungguhnya pernah bergandengan tangan dengan kalangan Islam
"fundamentalis” untuk mengharapi kaum komunis. Pada tahun 1971, Sadat
mendukung para mahasiswa Muslim di kampus-kampus di Seluruh Mesir untuk
"melibas” mahasiswa yang berhaluan "kiri”. Sadat tidak menyadari
kelompok mahasiswa yang ia dukung itu kemudian berkembang sendiri dan
membentuk "Al-Jam’iyahtul Islamiyah”. Enam tahun kemudian sebagaian
besar anggotanya menentang perdamaian yang ditempuh Sadat dalam
menyikapi Israel. Sadat melihat perkembangan yang mengkhawatirkan. Maka,
pada September 1981, satu bulan sebelum tewas tertembak ia mengeluarkan
dekrit membubarkan "Jam’iyah”. Siapa yang tahu sejak saat itu timbul
dendam yang membara. Dendam itu benar-benar memuncak ketika tahun 1977
ia pergi ke Jerusalem dan 1979 menandatangani Perjanjian Camp David.
Oposisi terhadap Sadat terus berkembang, bahkan dari sayam "Ikhwanul
Muslimin” yang paling moderatpun memusuhinya. Berbagai media juga
mengkritik keras kebijaksanaan perdamaian Sadat. Al-I’tisham, misalnya,
mengatakan bahwa perdamaian Camp David itu hanyalah sebuah ilusi. Apa
yang dilakukan Sadat tersebut diibaratkan sebagai "persekutuan dengan
musuh Allah, musuh Rasul, musuh kaum beriman, musuh kemanusiaan dan
keadilan”. Mesir adalah garis terakhir pertahanan menghadapi tiga musuh
Islam: penjajah Barat, kaum Zionis, dan komunis,” tulis Al-I’tisam.
Anwar
Sadat dilahirkan di desa Mit Abul-Kun, di delta sungai Nil yang subur
sekitar 100 km dari Kairo. Ayahnya Mohammed el-Sadat seorang kerani di
Angkatan Bersenjata yang bertugas di Sudan. Ibunya Sit el-Barien
keturunan Mesir dan Sudan. Keluarga Sadat tinggal di rumah berdinding
tanah milik neneknya yang dipanggil Om-Mohammed – artinya ibunya
Mohammed. Tahun 1923 ketika Sadat berusia tujuh tahun, seluruh
keluarganya pindah ke Kairo dan Sadat melanjutkan sekolah di kota itu.
Pada usia 22 tahun, 1920, Anwar Sadat sudah lulus Akademi Militer
Kerajaan di Kairo. Saat itu juga ia menikah dengan Ekbal Mohammed Madi.
Pada tahun 1942-1945 tanpa alas an yang jelas, Anwar Sadat ditahan.
Setelah keluar dari penjara, 1945, setahun kemudian ia ditangkap lagi.
Mungkin penangkapannya kali ini dikaitkan dengan terbunuhnya Menteri
Keuangan Mesir. Tahun 1948, Sadat diadili dan divonis bebas. Bulan Maret
1959 ia menceraiakan Ekbal dan dua bulan menikah dengan Jihan Raouf.
Tahun 1954 Sadat diangkat menjadi Menteri Penerangan. Dan 1970 diangkat
menjadi Presiden Mesir menggantikan Nasser yang meninggal 3 bulan
sebelumnya.
Anwar
Sadat memerintah dalam bayang-bayang pendahulunya, Gamal Abdul Nasser.
Memang Nasser sangant berpengaruh pada waktu itu. Orang-orang pro-Nasser
masih sangat kuat dan berdiri dibelakang Wakil Presiden Ali-Sabry.
Sadat menyadari betul jika ingin kedudukannya tidak goyah dan
pemerintahannya bisa kuat, pengaruh Nasser harus dihilangkan atau
setidak-tidaknya dieliminir. Ia singkirkan para penentang, merekrut
militer dan birokrat senior dari kalangan atas. Presiden Sadat kemudian
membentuk Majelis Nasional dibawah undang-undang yang memberikan
wewenang untuk membersihkan lawan-lawannya dan menempatkan Angkatan
Bersenjata di bawah perintahnya.
Sadat
juga melanjutkan persahabatan dengan Uni Soviet yang sudah dirintis
Nasser. Tapi itu hanya merupakan taktik saja. Sebab ia melakukan
tindakan yang mengejutkan dengan mengusir ribuan warga Uni Soviet yang
dulu diundang Nasser untuk membantu melawan Israel. Sedikit demi sedikit
Sadat mengubah ekonomi Mesir yang berwajah sosialis warisan Nasser
dengan sedikit lebih kapitalis. Dua bulan setelah berkuasa, ia
menghapuskan penyitaan Negara atas asset swasta dan menghidupkan kembali
pintu perdagangan bebas di terusan Suez. Langkah Sadat cukup
mengagumkan ketika melancarkan perang dengan Israel pada saat moral
militernya merosot. Tapi ia berhasil mengangkat moral mereka sehingga
dalam perang pada tahun 1973 itu Mesir berhasil memukul mundur Israel.
Dan Anwar Sadat pun menjadi pujaan kembali. Tadinya rakyat pesimis dan
menganggap perang melawan Israel hanyalah tindakan bunuh diri.
Anwar
Sadat yang oleh Gerald Ford disamakan dengan Mahatma Gandhi itu
ternyata juga pemuja Gandhi. Tapi ia juga mengagumi pahlawan Turki,
Kamal Ataturk dan dictator jerman, Adolf Hitler. Ia menyukai pemimpin
Nazi itu sebagai orang yang berani menantang Inggris. Setelah Nasser
dating dan mendepak Raja Farouk, Sadat diangkat menjadi Menteri
Penerangan. Sekalipun punya hubungan dekat dengan Nasser, ternyata Sadat
menempuh jalannya sendiri, tidak hanya dalam mengatasi konflik
Arab-Israel, tetapi juga pembangunan Mesir sebagai Negara Arab modern.
Sumber :
1. Munif, Achmad: 2007. 50 tokoh politik legendaris dunia. Penerbit Narasi. Yogyakarta.
2. http://d.wikipedia.org/wiki/Anwar_Sadat
1. Munif, Achmad: 2007. 50 tokoh politik legendaris dunia. Penerbit Narasi. Yogyakarta.
2. http://d.wikipedia.org/wiki/Anwar_Sadat